PROFIL GURU


MASRUROH, S.Ag

Masruroh,S.Ag. Alumni MTs Negeri Pamotan. Menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Lampung Tahun 2004. Dan mulai mengabdikan dirinya di MTs. Negeri Pamotan tahun 2004 sampai sekarang. Mata pelajaran yang diampu adalah Bahasa Arab.
Sabar itulah motonya dalam mendidik siswa-siswinya, makanya kalau siswa-siswinya sedang mendengarkan beliau mengajar tentu akan betah dan kerasan.

Kegiatan Siswa


ISTIGHOSAH

MTs Negeri Pamotan, melaksanakan Istighosah bersama dengan Orang tua/wali murid, guru/karyawan dan Komite Madrasah pada hari Kamis, 25 Maret 2010 bertempat di Mushola MTs Negeri Pamotan yang telah direnovasi.
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai do'a bersama dalam menghadapi Ujian Nasional yang akan berlangsung tanggal 29 Maret s/d 02 April 2010. Do'a bersama dipimpin oleh K.H. Tamam dari Sidorejo.
Semoga apa yang diharapkan dapat terkabul Amin. Sukses untuk MTs Negeri Pamotan. Selamat Berjuang untuk siswa-siswi kelas IX. Semoga bberhasil!

Informasi


PAPAN NAMA MTs. N PAMOTAN DIGANTI


Ada informasi baru nich! perubahan Departemen Agama Menjadi Kementerian Agama mulai diterapkan. Makanya papan nama yang ada di depan Gedung MTs Negeri Pamotan diganti yang baru.

Kegiatan HUT

PAKELIRAN PADHET

Dalam rangka memperingati HUT yang ke-12 MTs. Negeri Pamotan menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, diantaranya adalah: Lomba Mapel Tingkat SD/MI yang diikuti oleh siswa-siswi SD/MI di wilayah Kabupaten Rembang, Donor Darah, Bhakti Masyarakat, Jalan Santai dengan diiringi Drum Band yang diakhiri dengan pembagian doorprice dengan hadiah utama tiga ekor kambing. Drs. H. Fathul Hadi selaku Kepala MTs. Negeri Pamotan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan sebagai program kerja madrasah. Selaku Ketua Panitia dalam kegiatan ini adalah Slamet Winarto, S.Pd.
Puncak kegiatan HUT MTs. Negeri Pamotan adalah Do'a bersama yang dihadiri oleh Jajaran Departemen Agama, Muspika, Komite, Dewan Guru dan Orang Tua/Wali murid. Pada kesempatan ini , MTs Negeri Pamotan juga mengaktualisasikan pementasan Pakeliran Padhet dengan Dalang Ki. Drs. Toharudin yang merupakan Guru Bahasa dan Seni Budaya dengan mengambil lakon "Bagong Kembar" yang menceritakan tentang hilangnya pusaka-pusaka Ngamarta, diantaranya adalah Jungkat Penatasan, Song-song Tunggulnaga, Kyai Sarotama, Senjata Cakra, dan Tumbak Karawelang. Disinilah keruwetan terjadi karena muncul dua tokoh Bagong yaitu Bagong Palsu dan Bagong Asli yang diubah oleh Betara Guru Menjadi Bambang Kanoran dan mendapat tugas untuk menyelesaikan keruwetan yang terjadi. Akhirnya Bambang Kanoran bisa mengalahkan wujud Bagong Palsu. Bambang Kanoran Berubah menjadi Bagong kembali dan Bagong Palsu berubah wujud menjadi Jungkat Panetasan.

PROFILE GURU

AGUNG SUHARTO, S.Pd

Agung Suharto, S.Pd, lahir di Pati tanggal 18 Maret 1973 putra dari Al. Bapak Suwardi dan Ibu Rumisih. Masa Kecil dihabiskan di Desa Srikaton Kecamatan Jaken Kabupaten Pati. SMP ditempuh di SMP Negeri Sumber lulus tahun 1989, dilanjutkan SMA N 1 Rembang lulusan tahun 1992. Perguruan tinggi di IKIP Negeri Semarang jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus Tahun 1997.
Mulai diangkat sebagai PNS dibawah jajaran Departemen Agama tahun 1998 yang ditempatkan di MTs Negeri Pamotan sampai sekarang masih aktif. Jabatan yang diemban antara lain Waka Kurikulum, waka Humas, Waka Sarpra.
Beberapa pendidikan dan latihan juga telah banyak diikuti, baik tingkat daerah maupun propinsi, tahun 2006 mengikuti seleksi calon Kepala Madrasah, tahun 2004 menyabet gelar guru berprestasi tingkat Kabupaten Rembang dan telah lulus sertifikasi profesi.
Bapak Agung Suharto menikah dengan Enny Listyaningsih, S.Pd dan dikaruniai dua anak: 1. Galuh Fachriani (7 Tahun) dan 2. Nisrina Salsabila Dewi(1th).
Motivasi kerja yang dipegang adalah: Keberhasilan mutu pendidikan khususnya di MTs Negeri Pamotan didasari dengan dedikasi dan kinerja yang tinggi.

Artikel Guru


WASPADI SETRESS PADA SISWA

Oleh: Slamet Winarto, S.Pd

Tak terasa tahun telah berjalan dan sebentar lagi bagi anak didik kita yang saat ini sedang mengenyam dibangku kelas VI untuk SD/MI, kelas IX untuk SMP/MTs dan kelas XII untuk SMA atau kelas III untuk SMK. Ujian Nasional yang saat masih menjadi momok dan sangat menghantui bagi siswa masih terus menyerang pada diri anak, orang tua ataupun guru. Bagaimana tidak karena itulah yang menentukan nasib mereka ke depan. Tak aneh kalau setelah saat-saat pengumuman kelulusan media masa banyak memuat berita yang membuat kita merinding dan prihatin. Bayangkan saja gara-gara tidak lulus seorang siswa nekad bunuh diri, gara-gara tidak lulus seorang siswa nekad merusak sekolahan, dan mungkin masih banyak lagi berita-berita semacam itu. Mungkin kalau kita mendengar berita semacam itu hanya satu kata sebagai ungkapan “stress”.

Ironisnya banyak orang tua ataupun guru yang belum menyadari betul tentang bahaya stress yang saat ini menjadi penyakit modern yang melanda sebagian besar masyarakat kita. Umumnya stress selalu dikaitkan dengan sesuatu yang menegangkan, memberatkan dan menyakitkan atau sebagai suatu keadaan dimana terdapat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan kemampuan individu untuk berinteraksi. Sasaran penyakit ini bias siapa saja tidak saja pada bayi, anak-anak, remaja bahkan orang dewasa sekalipun. Sebagai orang tua dan guru yang setiap harinya selalu berhadapan dengan anak/siswa setidaknya tahu dan mengerti secara dini tanda-tanda jika anak didiknya terserang gejala stress dan mengerti bagaimana cara dalam menghadapinya.

Bagaimana Bisa Terjadi Stress pada Siswa?

Disadari atau tidak sebagai guru atau orang tua tentu selalu menuntut atau membebani anak diluar dari kemampuannya. Misalnya: keharusan untuk menguasai materi pelajaran, keharusan untuk mendapatkan nilai yang baik, keharusan untuk dapat lulus dengan nilai yang baik, belum lagi tuntutan dari orang tua di rumah yang kadangkala melarang tidakan si anak tanpa disertai keterangan atau alas an yang jelas. Memang pada umumnya guru dan atau orang tua lebih bersifat dogmatis, sementara pada diri anak dianggap sebagai hal yang membelenggu dan membosankan.

Figur dan kesuksesan orang tua/guru ternyata bias juga menanggung beban jiwa pada diri anak, setidaknya akan dibebani sebah kalimat, “Lho itu kan anaknya si Itu,… kok begitu ya..?”, “Lho itu kan muridnya pak Anu, kok……”, “Lho itu kan siswa SMP itu, kok….” Dan sebagainya. Mendengar ocehan semacam itu tidak menutup kemungkinan bisa terjadi stress mendadak pada diri anak/siswa. Stress juga dapat disebabkan oleh teman-teman anak didik di sekolah. Terlebih kenakalan-kenakalan remaja yang juga sering muncul kepermukaan terutama dilingkungan sekolah. Misalnya saja dijahili atau diganggu anak lain sehingga memunculkan tekanan jiwa pada anak, gagal dalam ulangan atau tidak lulus dalam ujian, persaingan prestasi dan sebagainya. Pendek kata seorang siswa dapat terserang penyakit stress dikarenakan beberapa hal: bias karena perilaku orang tua atau gurunya di sekolah, teman sebaya, dari dirinya sendiri atau sebab-sebab lain yang tidak sejalan dengan selera dan keinginannya.

Gejala Apa Yang Perlu Diwaspadai?

Jika seorang siswa yang tiba-tiba kelihatan cemas tanpa sebab yang jelas, lekas marah atau tersinggung, menangis, tiba-tiba menjadi agresif dan perusak, tiba-tiba menjadi pemurung, tiba-tiba menjadi pelupa dan peragu, letih, lesu kurang bersemangat, atau sering mengeluh sakit kepala, sakit perut atau sesak nafas. Disinilah seorang guru harus tanggap dan waspada karena semua itu adalah salah satu dari sekian gejala anak mengalami stress.

Ciptakan anak selalu Gembira di Sekolah

Pada dasarnya ada yang perlu dibenahi dalam pola pengajaran di sekolah-sekolah kita. Mayoritas anak didik di sekolah “stress” karena kelebihan beban muatan dan tidak bisa menikmati suasana sekolah yang ada, sehingga dapat dikatakan mereka kehilangan waktu anak-anak mereka. Sering kali guru juga memperlakukan mereka sebagai orang dewasa kecil, bukan sebagai anak-anak yang mempunyai alam dan dunianya sendiri. Pembelajaran yang menggembirakan tentunya akan dapat mengurangi beban pada anak. Siswa tidak hanya dikurung dalam ruang belajar, tetapi mereka juga belajar di ruang terbuka, atau diarena berbain yang edukatif, membuat pelajaran yang selama ini mengawang-awang menjadi relevan dengan kehidupan sehari-hari. Saat diajak ke pasar misalnya mereka dapat belajar banyak kompetensi secara bersama.

Bagaimana Stress dapat kita tanggulangi?

Kita sadar bahwa stress dapat terjadi kapan saja dan tidak dapat kita hindari seratus persen. Namun setidaknya kita sebagai guru dapat mencegah dengan perilaku dan tindakan yang positif, antara lain: a) Seorang guru harus menyadari posisinya. Selain sebagai guru juga bertindak sebagai orang tua di sekolah, adakalanya sebagai sahabat anak, sebagai pengaraah, pengayom, pembimbing dan dapat memberikan solusi pemecahan masalah yang hadapi anak didiknya., b) Sebagai guru harus pandai membujuk dengan halus manakala anak didiknya mengalami kesulitan. Tidak naik kelas, tidak lulus ujian atau kesulitan lainnya, karena bagaimanapun juga orang tua dan gurulah sebagai tempat untuk mengadi segala kesulitan yang dihadapinya. C) Jangan pernah kita “memaksa” dengan “kekuasaan” untuk mencetak anak seperti dirinya. Biarkanlah mereka berkembang kepribadiannya, hindari mengkritik anak didik terlalu banyak. d). Jadilah seorang pendidik yang bijaksana. Mereka membutuhkan belaian kasih saying, sayangilah anak didik kita sepenuh hati. Ajarilah mereka dengan pengetahuan dan ketrampilan yang berbeda dengan kita, karena jaman yang akan ditelusuri dan dijalani besok akan sangat berbeda dengan jalan kita. Guru yang bijaksana adalah sorga bagi anak didiknya.

Photo Gallery